Translate

loading...

Novel

Si Tomboy Yang Insyaf


Perkenalkan namaku Tiara Putri Asyifa, aku anak ke dua dari dua bersaudara. Orang tua ku menginginkan anak laki-laki namun apa daya yang terlahir adalah seorang perempuan. Sejak kecil aku terkenal sebagai cewe yang super duper tomboy dan  nyentrik abis dari atas sampai bawah bak seorang laki-laki beneran. Dengan  rambut sangat pendek, memakai baju dan celana pendek bahkan sampai sendalpun semuanya pakai aksesoris laki-laki.
Teman-temanku semuanya laki-laki. Setiap hari minggu atau libur sekolah tepatnya setiap jam lima pagi aku dan kelima teman-temanku berangkat dari rumah ke pasar untuk berjualan dengan  menumpang mobil bak terbuka karna jarak antara rumah dengan pasar sekitar kurang lebih lima kilo meter. “ssssttttoooop...!!!!“ tingkah Pandu Pratama saat memberhentikan mobil dengan kaki terbuka lebar dan tangan terlentang membentang seperti seakan mau bunuh diri, hahaha..., “bang boleh nebeng gax, mau kepasar kan..?” , “ia dek..tapi dibelakang udah penuh  dek, ya kalau adek mau ya silahkan kalo tidak keberatan” jawab abang supir.“, “gimana woy..!” tanya Iki (Rizky Syarif) sambil melirik ke belakang bak yang berisikan kambing dan ayam didalam bak tersebut. “yaudah lah dari pada kita harus nunggu lama lagi, mending yang ada aja deh, cus dah jadiin.“ jawab Putri. “woy tong lagi konferensi meja bundar..? lama banget diskusi teh..jadi gax nih..?“ tanya abang supir sambil berteriak. “jadi bang..” jawab Putri sambil mau naik ke bak mobil.
 Walaupun harus berbagi tempat dengan ayam dan kambing tapi tidak menyurutkan semangat kita untuk mencari tambahan uang jajan dengan berjualan keresek di pasar dan  begitu banyak canda dan tawa yang menghiasi perjalanan kita. “Siapa sih ni yang belum mandi..bau banget ?”, tanya Putri melontarkan canddaan. “ lu salah Put, bukan belum mandi tapi belum cebok..hahaha” jawab Abi Fazar sambil tertawa. “ya siapa lagi disini yang paling jorok “sahut Rian Dzikri sambil melirik ke salah satu temannya. Serentak kami pun berteriak dan berkata “Siiii..Izal (Izal Pewira)..hahaha...!”. Izal pun sedikit kesal karena merasa terdzolimi. Hahaha..!. “enak aja, lo kali.., ini mah bau kambing sama kotoran ayam bro..jadi jangan asal tuduh..ya walaupun ada benernya juga sih..hehehe”, jawab Izal sambil cengengesan.
 Tak lama akhirnya kitapun sampai di pasar dan kitapun turun. Lalu kita berlima langsung menuju salah satu warung yang menjual kantong keresek eceran. Ya tujuan kita kepasar untuk berjualan kantong kresek berwarna hitam ada yang ukuran besar ada pula yang berukuran kecil yang dibeli dari toko kelontong dan dijual kembali kepada ibu-ibu yang sedang berbelanja dipasar. Setelah keresek ditangan, kita berlima berjualan terpisah alias berpencar. Saya menawarkan keresek tanpa ada rasa malu, tanpa rasa ragu dengan suara sedikit teriak. “keresek...keresek...bu kantong kereseknya bu...!”, dari satu tempat ke tempat lain dari ibu-ibu satu ke ibu-ibu selanjutnya. Setelah berkeliling kurang lebih sekitar lima menit ada juga yang mau membeli kantong keresek saya yang saya hargai Cuma lima ratus perak per kantong keresek.
Kerjaan saya selain berjualan kantong keresek biasanya mata saya selalu tertuju ke bawah tepatnya ke ujung-ujung depan kios-kios, tau kenapa ? karna saya pikir ya barang kali aja ada uang yang jatuh dari kembalian pedagang dengan pembeli..hahaha. karna saya pernah menemukan uang, ya walaupun cuma sebesar lima ratus atau seribu rupiah, dan tak jarang saya pun sering mengorek-ngorek sampah untuk mencari kepingan rupiah di sela-sela saya menawarkan kantong keresek kepada pembeli.
Alhamdulillah pagi itu kantong keresek saya habis terjual dan mendapatkan lima ribu rupiah dari pembelian kantong keresek sebesar dua ribu rupiah, dan itu berarti saya mendapatkan tiga ribu rupiah. Dan bagi saya sudah bersyukur banget setidaknya saya bisa mendapatkan tambahan uang jajan dari hasil jerih payah saya sendiri.
Detik menit terus berlalu matahari terus menampakan cahayanya, akhirnya kita berlima harus berkumpul kembali ditempat semula sebelum kita berpencar untuk berjualan kantong keresek. Sayapun bergegas melangkahkan kaki untuk berjalan, dari kejauhan ternyata saya melihat ada salah satu teman saya yang bernama Rizki. “Put gimana penjualan mu hari ini..laris kan?” tanya Rizki kepada saya. “Alhamdulillah ki habis, ya lumayan lah hasilnya. lo sendiri sih gimana ki ? “. “sama Put gw juga”. Selang beberapa menit akhirnya satu demi satu teman-teman saya berdatangan dan biasanya sebelum pulang kita saling bertanya mengenai pendapatan kia hari itu. Tanpa kita sadari ada salah satu teman kita yg belum datang. “oia si Abi mana nih koq belum keesini?” tanya Rian kedapa kita. Dengan muka yang sedikit sedih akhirnya Abipun menghampiri. “lo kenapa bro lesu gitu mukanya, kantong keresek lo masih ada”, “ia yan, kantong keresek gw masih ada” jawab Abi, “dah jangan sedih gitu Bi..bawa happy aja..kan bisa dijual besok lagi, kita itu harus tetap semangat..ok bro, dah kita pulang yuk..! capcus cuy..!. jawab Putri sambil menenangkan dan merangkul dengan tangan kebahunya Abi.
Setelah semuanya kumpul akhirnya kita berenam bergegas untuk pulang dengan berjalan kaki. Kalo ada mobil kol bak lagi biasanya kami menumpang kembali, namun berhubung saat itu tidak ada akhirnya mau tidak mau kamipun harus berjalan kaki dari pasar sampai kerumah sejauh lima kilo meter.
BERSAMBUNG..NANTIKAN KELANJUTAN KISAHNYA YA...!


Jangan pernah malu dengan keadaan kita hari ini, masa depan kita yang tentukan. teruslah berjuang dan selalu bersyukur atas semua yang kita dapatkan hari ini.

Postingan

TUGAS AKHIR PART 14 (Spesifikasi Sistem Komputer)

4.6.             Spesifikasi Sistem Komputer 4.6.1.       Umum      Menjalankan tentang penggunaan dari perangkat keras ( Hardware ) da...